Baby Oryza Kuning
31 Desember 2013, jam 16
Sampai di rumah, ditempatkan di kamar yang terlindung dari dingin dan disinari lampu bohlam 10 watt untuk menghangatkannya.
Tengah malam, kehadirannya disambut oleh bunyi kembang api sahut-menyahut hingga hampir subuh, membuat Oryza tidak bisa tidur.
Berhubung sedang musim hujan, Oryza tidak bisa dijemur, apalagi kalau angin berhembus dingin.
4 Januari 2014, Sabtu siang
Oryza dibawa ke ruang depan, hampir di teras, terlihat matanya kuning. Khawatir, sorenya hujan2 dibawa ke DSA.
Tes darah, bilirubinnya 15 dari yang normal 2. Kata dokter karena golongan darah ibunya O, anaknya bukan O. Persiapan juga untuk anak berikutnya, bisa mengalami hal yang sama.
Kaget dan takut kehilangan Oryza.
Fototerapi
Sabtu malam sudah masuk RS. Oryza tergeletak dalam box bersinar biru, tanpa secuil kain, hanya pospak. Tidak tega rasanya meninggalkannya sendirian di ruang Perinatal.
Perasaan sedang kalut dan sedih, eh Ibu Perawat yang super cerewet malah menjalankan tugasnya mengedukasi wajib asi pada ibu baru. MENYEBALKAN! Padahal untuk bayi kuning harus banyak minum susu (yang terbaik tetap asi, tapi sebetulnya sufor pun tidak masalah) agar bilirubin terbuang melalui urin dan feses.
Produksi asiku sedikit banget. Ketika orang lain bisa memeras 60-90 ml, asiku cuma 5-10 ml. Dapat 15ml tuh bahagia banget.
6 Januari 2014
Tes darah, bilirubinnya 6. Kata dokter karena bayi prematur, reflek sedotnya belum ada jadi harus dipasang selang dari mulut sampe lambung.
Dan jawabku: TERSERAH!
Kalut, marah, sedih, bingung.
Bayi kecil, kurus, nangisnya kenceng, harus pake selang. Miris lihatnya. Air mata tak terbendung saat nengok bayiku, dan Oryza pun seakan tak ingin lepas dari pelukanku.
Kalut, marah, sedih, bingung.
Bayi kecil, kurus, nangisnya kenceng, harus pake selang. Miris lihatnya. Air mata tak terbendung saat nengok bayiku, dan Oryza pun seakan tak ingin lepas dari pelukanku.
Alhamdulillah, Selasa pagi sdh boleh pulang :)