Menulis: Antara Inspirasi, Draft dan "Si Keyeng" yang Sangat Moody
Sejak kecil orang tuaku menanamkan hobi membaca. Ketika Bapak langganan Kompas dan Bola, kakakku langganan Majalah Hai, saya sendiri diberi Bobo sampai kelas 1 SMP.
Hampir semua bahan bacaan di lemari buku dibaca semua, kecuali kamus Belanda dan buku-buku hukum milik Bapak yang terlalu berat untuk anak SD.
Pertama kali tertarik "menulis" adalah saat SD, guru memberi soal "membuat cerita sehabis liburan". Pernah beberapa kali mengirim cerpen (ditulis tangan) ke Bobo, tidak pernah muat.
Masuk SMP, mulai tertarik dengan majalah remaja, tapi Bobo mah selalu jadi bacaan tetap. Mulai menulis cerpen (lupa judulnya apa) di kertas folio bergaris, setelah fix baru diketik dengan mesin tik. Kalau ada yang salah, ditutup dengan tip-ex cair, atau kalau sudah habis pakai tanda bintang saja (***). Kala itu belum mengerti bahwa ada penghapus khusus untuk mesin tik.
Dikirimlah cerpen itu ke majalah Kawanku. Ternyata... Dimuat!
Wuih rasanya senang sekali, terlebih saat menerima wesel pos sebagai imbalan dari tulisanku.
Berikutnya, menulis di majalah sekolah tiga bulanan saat SMP dan SMA. Meskipun tanpa bayaran, ada rasa bahagia saat tulisanku terpampang di sana.
Saat kuliah sempat punya blog di multiply, tapi lupa alamat e-mail dan alamat blognya. Hingga multiply tutup usia pun saya tidak pernah lagi membuka blog itu.
Sempat skip menulis saat kerja. Setelah menikah dan full jadi IRT menulis lagi. Kali ini tulisan yang dikirim sudah berbentuk print out dan soft copy dalam bentuk CD. Alhamdulillah, dimuat!
Namun setelah itu Si Keyeng aka mood pergi entah kemana. Selama bertahun-tahun inspirasi yang hinggap di otak sempat berproses menjadi draft di notebook, namun tidak pernah kelar. Baru beberapa waktu belakangan ini Si Keyeng datang kembali. Beberapa tulisan berwujud draft mulai tayang di sini.
Namun setelah itu Si Keyeng aka mood pergi entah kemana. Selama bertahun-tahun inspirasi yang hinggap di otak sempat berproses menjadi draft di notebook, namun tidak pernah kelar. Baru beberapa waktu belakangan ini Si Keyeng datang kembali. Beberapa tulisan berwujud draft mulai tayang di sini.
Dulu majalah Bobo terkenal banget sampai-sampai saya pingin ngarep langganin majalah Bobo, Cuman saya agak jarang beli majalah bobo karena dulu tuh harganya lumayan mahal kalau gk salah
Waktu kecil saya malah langganan lho Kak