Event Report: Ngopi Cantik 10 yang Terlewatkan
Sebagai blogger pemula, saya masih butuh banyak sekali ilmu. Sangat senang rasanya saat Beautiesquad mengadakan acara Ngopi Cantik #10 bertema "What does Beauty Brand Expect When Hiring A Blogger" dengan pembicara Mbak Erny Kurnia, Brand Manager sebuah produk kosmetik. Acara ini diselenggarakan via grup Whatsapp pada Sabtu lalu tanggal 18 April 2020 jam 19.00-21.00 WIB.
Setelah mendaftar dan tergabung dalam grup Whatsapp, pada waktunya malah saya tidak bisa ikutan karena anak sakit. Pagi harinya hape dipegang anak dan ternyata chat sudah terhapus, saya tidak ada backup pula.
Untungnya Mbak Lia Melqha berbaik hati share chat-nya. Alhamdulillah, walaupun tidak bisa ikut diskusi namun tetap bisa memetik ilmunya.
Lalu apa saja sih yang dibicarakan?
Brand, promosi dan blogger
Ngopi Cantik 10 by Beautiesquad
Setelah mendaftar dan tergabung dalam grup Whatsapp, pada waktunya malah saya tidak bisa ikutan karena anak sakit. Pagi harinya hape dipegang anak dan ternyata chat sudah terhapus, saya tidak ada backup pula.
Untungnya Mbak Lia Melqha berbaik hati share chat-nya. Alhamdulillah, walaupun tidak bisa ikut diskusi namun tetap bisa memetik ilmunya.
Lalu apa saja sih yang dibicarakan?
Brand, promosi dan blogger
Saat sebuah brand memerlukan jasa seorang blogger untuk mempromosikan
produknya, brand menginginkan hal-hal
berikut untuk meningkatkan value-nya:
- Meningkatkan DA dari website brand melalui backlink
- Meningkatkan SEO brand di mesin pencari Google
- Meningkatkan awareness tentang brand dan produk tertentu yang sedang mereka promosikan
- Menyajikan review kepada calon costumer tentang cara kerja produk di berbagai jenis kulit dalam 2-4 minggu pemakaian
Kriteria blogger yang diperlukan oleh brand
Blogger vs Vlogger
Tumbuhnya vlogger tidak serta merta membunuh “blogger”. Saat brand memang membutuhkan penguatan value di Google, meningkatkan SEO, maka blogger-lah yang dibutuhkan. Karena banyak menghiasi halaman search engine, tidak cuma dari SEO yang menguntungkan, tapi juga dari sisi brand awareness, brand value, bahkan ke tingkat sales.
Harapan brand terhadap blogger
Tentang brand yang tidak mau disebutkan kekurangan produknya
Skincare itu personal, mungkin cocok di si A tapi tidak cocok di si B. Tidak menutup kemungkinan blogger yang dipilih oleh brand ternyata tidak cocok dengan produk yang akan di-review. Pada brand yang dipegang Mbak Erny, blogger akan tetap dibayar namun tulisannya tidak perlu di-publish. Namun bila memang ada brand yang hanya meminta positive review saja, blogger dipersilakan untuk mengkomunikasikan dengan brand dan mempertimbangkannya kembali.
Saat tidak bekerjasama dengan brand, blogger boleh membandingkan produk sejenis dari brand A, B dan C dengan kadar berimbang dan tidak berat sebelah.
Pasca kerjasama brand-blogger
Ada berbagai pertimbangan dari brand untuk mengajak blogger bekerjasama kembali, diantaranya:
Rate card seorang blogger
Tidak ada standar khusus rate card seorang blogger, setiap brand memiliki penilaian berbeda, antara lain:
Nah, di sini Mbak Erny lebih suka membayar blogger untuk membuat satu ulasan produk daripada mendapat tulisan gratis sebagai imbalan dari produk gratis yang diberikan, oleh karena itu brand jangan banyak mau juga.
Blog vs instagram
Terkadang brand juga memilih blogger yang tidak sejenis dengan produknya. Misalnya brand skincare mengajak kerjasama blogger travel dengan tujuan promosi “meningkatkan kesadaran traveller bahwa skincare saat travelling itu penting” dan memperluas target pasar.
Brand memilih selebgram bila ingin meningkatkan profile visit di instagram, mau promosi produk ke warga instagram yang sifatnya cepat, misalnya diskon sekian persen dalam 2 hari swipe up.
Baca juga: Event Report: Zoom Meeting with BPN - Blogging is Not Just About Writing
Demikianlah ringkasan kulwap dari Mbak Erny. Semoga bermanfaat.
Stay healthy, keep your beauty!
- Memiliki TLD seperti .com, .net, dan sebagainya, dan DA/PA minimal 12/20 agar terindeks dengan baik oleh Google
- Personal branding yang kuat di media sosial, tidak pernah me-review produk abal-abal atau memakai barang KW
- Tidak harus berkulit putih, namun harus bisa sharing knowledge tentang produk dengan clear ke pembaca dan menambahkan pengalaman selama pemakaian produk
- Harus menyertakan visual yang representatif dan berkualitas bagus sebagai pendukung tulisan
Tentang sosial media
Blogger harus kuat secara branding di sosial media, namun tidak harus selegram. Brand dapat melihat apakah blogger memiliki followers beneran atau dapat beli dari interaksi blogger tersebut dengan followers-nya di media sosial.
Blogger harus kuat secara branding di sosial media, namun tidak harus selegram. Brand dapat melihat apakah blogger memiliki followers beneran atau dapat beli dari interaksi blogger tersebut dengan followers-nya di media sosial.
Blogger vs Vlogger
Tumbuhnya vlogger tidak serta merta membunuh “blogger”. Saat brand memang membutuhkan penguatan value di Google, meningkatkan SEO, maka blogger-lah yang dibutuhkan. Karena banyak menghiasi halaman search engine, tidak cuma dari SEO yang menguntungkan, tapi juga dari sisi brand awareness, brand value, bahkan ke tingkat sales.
Harapan brand terhadap blogger
- Blogger bisa menjadi Brand Ambassador yang bisa menyampaikan informasi terkait produk deskripsi, ingredients, pengalaman saat digunakan, hingga plus-minusnya termasuk kondisi kulit seperti blogger terkait
- Terjalin kerjasama professional antara brand dan blogger
- Membantu brand meningkatkan brand value dan branding position
Tentang brand yang tidak mau disebutkan kekurangan produknya
Skincare itu personal, mungkin cocok di si A tapi tidak cocok di si B. Tidak menutup kemungkinan blogger yang dipilih oleh brand ternyata tidak cocok dengan produk yang akan di-review. Pada brand yang dipegang Mbak Erny, blogger akan tetap dibayar namun tulisannya tidak perlu di-publish. Namun bila memang ada brand yang hanya meminta positive review saja, blogger dipersilakan untuk mengkomunikasikan dengan brand dan mempertimbangkannya kembali.
Saat tidak bekerjasama dengan brand, blogger boleh membandingkan produk sejenis dari brand A, B dan C dengan kadar berimbang dan tidak berat sebelah.
Pasca kerjasama brand-blogger
Ada berbagai pertimbangan dari brand untuk mengajak blogger bekerjasama kembali, diantaranya:
- Pageview, tetapi biasanya pageview suatu artikel baru terindeks dengan bagus di Google setelah 3 bulan, sehingga itu hanya makan waktu saja
- Cara penulisan yang efektif, bisa menyampaikan “pesan” dari brand dengan benar, tidak bertele-tele
- Jujur bahwa produk tersebut memang cocok, jangan sampai pura-pura cocok namun kemudian produknya di-preloved. Dan kalaupun mau di-preloved tunggu dulu sampai sekitar 3 bulanan
- Saling profesional sejak awal hingga berakhirnya kerjasama. Nego harga di depan, setelah oke tidak perlu “mengoceh” di sosial media. Walaupun memang tidak semua brand bisa diajak komunikasi
Rate card seorang blogger
Tidak ada standar khusus rate card seorang blogger, setiap brand memiliki penilaian berbeda, antara lain:
- Media kit dan performa channel-nya
- Kualitas kontennya
- Dilihat dari brief brand
Nah, di sini Mbak Erny lebih suka membayar blogger untuk membuat satu ulasan produk daripada mendapat tulisan gratis sebagai imbalan dari produk gratis yang diberikan, oleh karena itu brand jangan banyak mau juga.
Blog vs instagram
Terkadang brand juga memilih blogger yang tidak sejenis dengan produknya. Misalnya brand skincare mengajak kerjasama blogger travel dengan tujuan promosi “meningkatkan kesadaran traveller bahwa skincare saat travelling itu penting” dan memperluas target pasar.
Brand memilih selebgram bila ingin meningkatkan profile visit di instagram, mau promosi produk ke warga instagram yang sifatnya cepat, misalnya diskon sekian persen dalam 2 hari swipe up.
Baca juga: Event Report: Zoom Meeting with BPN - Blogging is Not Just About Writing
Demikianlah ringkasan kulwap dari Mbak Erny. Semoga bermanfaat.
Stay healthy, keep your beauty!