Pasang IUD Ternyata Tak Semenyeramkan yang Dibayangkan!
Ternyata pasang IUD tak semenyeramkan yang dibayangkan!
Berikut ini adalah pengalaman saya pasang IUD, maaf kalau di sini saya menggunakan bahasa awam yang biasa saya gunakan sehari-hari, bukan bahasa medis.
Enam bulan setelah melahirkan anak pertama, saya minum pil KB laktasi sampai usianya tiga tahun. Sedangkan setelah melahirkan anak kedua saya mulai minum pil KB laktasi sejak usia 40 hari karena bayi saya saat itu sudah minum sufor, tidak full asi. Saat usia enam bulan, saya pun mulai minum pil KB Andalan, namun ternyata mual tak tertahankan. Akhirnya ganti dengan pil KB Microgynon.
Selama minum pil KB sejak anak pertama hingga anak kedua, mens selalu lancar hingga beberapa bulan yang lalu hanya sedikit-sedikit itu pun tidak setiap hari. Jadi hari pertama sedikit, hari kedua cuma setetes… begitu seterusnya sampai seminggu.
Hal ini saya sampaikan ke bidan di Posyandu. Ibu Nani, penyuluh KB yang juga selalu hadir di Posyandu menyarankan untuk pakai KB non-hormonal saja yaitu IUD tipe Copper T, kebetulan sedang ada program pemerintah. Untuk peserta BPJS gratis, sedangkan untuk peserta non-BPJS biayanya Rp 40 ribu saja. Wow, lumayan banget kan dibandingkan dengan pasang IUD di dokter yang bisa sampai Rp 800 ribuan.
Saya tidak langsung mengiyakan. Tentunya googling terlebih dahulu.
Teringat dulu ada dua orang Bu Tetangga yang memakai IUD. Ibu pertama pasang IUD karena tidak ingin ribet dengan minum pil KB setiap hari, sedangkan untuk suntik KB dia kurang cocok karena tidak dapat mens setiap bulan. Alasan Ibu kedua sedikit berbeda, dia ada darah tinggi sehingga tidak bisa pakai KB hormonal, selalu pusing keleyengan.
Keduanya pasang IUD mandiri di bidan. Katanya pemasangan harus pada saat mens "supaya tidak terasa sakit".
Hmm, otak saya sempat bertanya-tanya. Aduuh, apa gak risih ya berdarah-darah di depan bidan.
Baca juga: Acne Series dari Lanbena
Kembali ke Ibu Nani, Sang Penyuluh KB. Rupanya program pemerintah untuk pasang KB gratis ini sudah ada sejak lama dan dalam setahun diadakan beberapa kali, namun saya baru mendengarnya sekarang padahal anak pertama saya 5 tahun ke Posyandu, disambung kemudian anak kedua sudah 20 bulan.
Tahun-tahun sebelumnya, entah kenapa program ini tidak sampai ke telinga saya. Entah karena saya yang kurang gaul di Posyandu, atau memang Sang Penyuluh yang tidak tersampaikan.
Sempat terpikir juga bagaimana ya pasang KB di musim pandemik seperti ini?
Ibu Nani datang ke rumah dengan satu set formulir yang harus diisi dan ditandatangani. Beliau menjelaskan bahwa pagi harinya harus test pack dulu dan pasang IUD tuh tidak sakit, bahkan malamnya bisa langsung berhubungan dengan suami. IUD bisa bertahan sampai 8 tahun, tanpa kendala, mens lancar.
Benarkah? Mau tahu bagaimana pengalaman saya pasang IUD di Puskesmas? Lanjut bacanya...
Proses pasang IUD
Pada hari yang ditentukan, saya pun ke Puskesmas sambil membawa formulir yang sudah diisi, copy KTP dan kartu keluarga, serta biayanya sebesar Rp 40 ribu. Bu Nani selalu mendampingi sambil mendaftarkan ke Poli Kebidanan.
Saat menunggu antrian, seorang Ibu duduk di sebelahku dengan muka riang. "Gak kerasa lho, Bu," katanya.
"Apanya?" tanya saya.
Ternyata Ibu ini dari desa sebelah, sudah tidak ingin punya anak lagi. Sebetulnya dia ingin operasi untuk mengikat saluran telurnya, tapi di musim pandemik seperti ini dia pun takut ke RS.
Si Ibu bercerita, dia rileks saja. Tidak terasa apa-apa tahu-tahu bidannya bilang sudah selesai, kira-kira hanya satu menit saja. Beberapa menit kemudian, saya pun dipanggil. Saya sudah mulai agak berani nih.
Baca juga: Wisata Sebelum Pandemik: PUNCAK CIREMAI
Di dalam ruangan bidan, terdapat sebuah tempat duduk dengan posisi setengah rebah dan tempat untuk kaki mengangkang. Sebuah baki dengan seperangkat alat disiapkan di sampingnya. Bidan mempersilakan saya membuka celana dalam dan duduk dengan posisi yang ditentukan.
Yang terasa adalah saat spekulum mulai dimasukkan ke vagina untuk membuka jalan masuk, nyess... Setelah itu tiba-tiba, "Sudah," kata bidannya. Kurang dari lima menit sejak saya masuk ke ruangan ini barusan, dan pemasangan IUD pun kelar.
Tidak sakit. Bahkan tidak terasa apa-apa saat pasangnya!
Keluar dari ruangan bidan, Ibu Nani meminta saya berfoto bersama untuk laporan. Setelah beres saya pun pulang dibekali dua macam obat:
- Amoxicillin 500 mg sebagai antibiotik, harus dihabiskan
- Paracetamol 500 mg sebagai anti sakit, diminum hanya kalau merasa sakit
Perut mulai terasa mulas seperti pada saat mens.
Sekitar jam 15 ketika saya ke kamar mandi, di celana dalam ada darah seperti darah mens, padahal jadwal mens saya masih minggu depan. Saya chat ke Bu Nani, katanya hal itu wajar, saya pun mulai pakai pembalut.
Nyeri mulas terasa sampai besoknya. Sedangkan darah mens yang keluar sangat banyak, sampai seminggu lamanya.
Oh pantesan saja Bu Tetangga bilang kalau mau pasang IUD harus pas mens, ternyata ini sebabnya rasa mulas dan darah mens yang banyak akan tersamarkan kalau ini adalah efek pemasangan IUD.
Seminggu kemudian mens saya sudah bersih, saatnya kontrol ke Puskesmas. Kali ini harus melalui loket pendaftaran. Berhubung saya tidak pakai BPJS, biayanya Rp 15 ribu.
Ada seorang ibu lain yang ternyata mensnya belum kelar, bidan menyuruhnya datang kembali setelah bersih.
Menunggu cukup lama lalu dipanggil untuk timbang badan dan ukur tensi, kemudian masuk ruang bidan. Di ruangan ini tersedia tempat tidur datar, lalu bidan memasukkan spekulum untuk membuka jalan masuk, melihat ke dalam manual.
Kata bidan, posisi IUD bagus, benang ada, ok. Saya dipersilakan kontrol lagi tahun depan, namun bila ada sesuatu boleh kontrol lagi.
Saya pun menghubungi Bu Nani, lapor bahwa saya sudah kontrol.
Tips pasang IUD
Dari pengalaman saya di atas, ada beberapa tips untuk Bunda yang akan pasang IUD di Puskesmas:
- Cari tahu segala hal tentang IUD dari petugas kesehatan atau website kesehatan terpercaya
- Tanyakan juga pengalaman orang lain
- Gunakan test pack sebelum pasang ID, kalau negatif boleh lanjut
- Bersihkan pikiran agar rileks sehingga proses pasang IUD lancar
- Kontrol seminggu kemudian setelah bersih mens
Demikianlah sharing pengalaman saya pasang IUD di Puskesmas yang ternyata tida semenyeramkan yang dibayangkan. Apakah Bunda punya pengalaman yang sama? Yuk tulis di kolom komentar.
Update mid 2022
Dari hasil googling, saya mendapat insight bahwa periksa posisi IUD sebaiknya dilakukan setiap tahun. Setelah pandemik mereda, satu setengah tahun setelah pasang IUD, akhirnya saya pun memberanikan diri kembali ke Puskesmas untuk periksa posisi IUD.
Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum periksa posisi IUD:
- Tidak sedang menstruasi
- Membawa KTP
- Kartu KB
- BPJS (untuk non-BPJS dikenakan biaya)
- Sebelum masuk poli KIA, harus buang air kecil dulu dan cebok, keringkan
- Rileks
- Tetap jaga protokol kesehatan dengan pakai masker dan cuci tangan
Di ruangan ditangani hidan. Setelah interview, cek tensi darah dan berat badan, bidan akan memeriksa posisi IUD. Bila rileks, proses ini tidak akan terasa mengganggu apalagi sakit.
Alhamdulillah, posisi IUD saya masih bagus katanya. Bidan Puskesmas juga memberitahu bahwa kita bisa memeriksa sendiri posisi IUD pakai telunjuk, tapi saya tidak berani, mending ke Puskesmas saja.
Program Pemerintah
Menurut Bu Nani, penyuluh KB di Posyandu, program pemerintah Jawa Barat untuk KB gratis IUD, implan dan steril itu dalam setahun 2-3 kali. Namun selama aktif di Posyandu sejak sebelum Ory lahir, saya baru tahu satu di akhir 2020 lalu.
Entahlah, mungkin kurang sosialisasi.
Setelah pasang iud tentunya ada rasa mules dikit/sakit, sama hal nya seperti yg sedang haid, karena ada benda asing ditubuh kita, tapi lama kelamaan alat tersebut kena hangat tubuh kita rasa sakit pun hilang dg sendirinya, begitu kan bunda....? Ini sedikit sering ya.... Iud aman banget, praktis & ekonomis lho..... Pemerintah sayang pada rakyatnya makanya diadakan program..... Trim's
Ah betul itu
Wah wawasanku jadi tambah hehe
Alhamdulillah kalau tulisan saya berguna
dari anak pertama aku pasang IUD, dan sekarang setelah berhenti mens, aku copot
π
Wah ternyata cepet ya... Rencana abis lahiran aku segera pasang iud takut kebobolan lagi mbak.. Makasih informasinya
Katanya kalau habis lahiran tunggu 2 bulan baru boleh pasang
infonya bermanfaat untuk jbu2 yg masih takut pasang IUD
Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu
Alhamdulillah ternyata tidak seram ya, tapi sejauh ini aku masih menghindari KB. Rasanya masih tak sanggup untuk menanggung efeknya ..alhamdulillah masih bisa KB alami.
Syukurlah kalau begitu
Nice sharingnya mbak, buat emak-emak neh hehe
Buat bapak-bapak juga sih π
Nice sharing.
Saya memilih KB hormonal per 3 bulan sesungguhnya karena bayangan saya saat memasang IUD itu sakit. Eh taunya nggak ya.
Jadi mau mempertimbangkannya kembali nih. Terima kasih banyak ya.
Gunakan test pack dlu sblm pasang iud, oh bener juga yaaa. Hihi, kan bahaya kalo ternyata udah ada jabang bayi ya. .
Aku bukan org yg pake iud sih, tp memang masing-masing org cocok cocokan ya
Betul Kak
Aku planningnya abis lahiran ini kak mau pasang, mesti nunggu dulu 3 bulan kata dokter nya... Dari informasi ini aku memberanikan diri konsultasi dokter padahal dulu ya takuutt, sangat berguna banget makasih kak
Iya Kak amannya begitu
Oh, kalau soal pemilihan waktu saat mens itu bukan karena mulut rahim sedang dalam keadaan terbuka dan supaya pasti bahwa nggak sedang hamil, ya?
Ternyata bukan
Mbaa meskipun ngga serem tapi aku tetep ngeri bayanginnya huhu. Mudah-mudahan sehat terus deh yaaaa. Beberapa temen juga pakai iud sih
Cari nyamannya aja Kak.
Entah kenapa saya kalau baca pengalaman mbak jadi serem sambil membayangin gimana rasanya melahirkan.
Semoga mbak sehat selalu ;)
Sehat terus juga ya Kak
Ya ampun dari dulu pengen banget pasang IUD tapi takut :D Akhirnya tetap memilih KB suntik heuehu..sekarang sudah lepas KB sih, semoga bs cpt diberi rezeki anak kedua :)
Aamiin
Duh mbak, aku dari dulu nggak berani pake IUD, hihi..
Dan nggak pake KB apapun sih sejak lahiran anak pertama, hehe..
Nggak tau nih setelah lahiran anak kedua nanti, bisa jadi bakal mikirin pake KB π
Hehe yg penting nyaman ya Kak
Wah, terimakasih atas sharingnya mom :) jadi tambah wawasannya, soalnya sebelumnya belum tau apa itu IUD
Silakan googling dulu
Ilmu baru banget nih mbak buat aku yang masih awam tentang ini. Soalnya kalau denger cerita orang2 kadang suka bikin merinding sendiri. Ternyata nggak seseram itu ya.
Iya saya juga tadinya gitu
Saya pernah pakai IUD mbak. Tetapi hanya bisa bertahan 3 tahun. Saya pendarahan atau haid terus. Trejadi penebalan dinding rahim. Saya pokoknya nggak cocok pakai KB
Waduh
Aku sendiri belum pernah pakai KB selama 7 tahun menikah ini mbak. Aku sebenernya masih ngilu kalau harus masa iud keingat ibu aku dulu pernah "sariawan" gara-gara pakai iud hehehe
Katanya tiap orang respon tubuhnya memang berbeda.
Jujur aku blum KB smenjak melahirkan nih mba, emg IUD yg paling aman ya krna minim efek samping, tpi liat videonya aja dah bkin merem melek sndiri nih mba
Hehe. Googling dulu deh biar tambah pengetahuan tentang IUD
jujur sebagai remaja aku bacanya ngilu sendiri mba ehhe :') kira-kira IUD ini ada efek sampingnya nggak ya kak?
Ada sih. Di saya mensnya jadi lebih banyak
aku juga punya pengalaman tentang pake kb IUD ini. memang gak seserem yang di bayangkan ya. yang penting kita rlleks. aku dulu di rs emang harganya sekitar 800ribu.
Trims sharingnya Kak
ya ampun, baru tau istilh iud, wanita macam apa aku niih,, huhu
ilmu baru buat bekal masa depan nanti mbak, hihihi
Wah π
Mbaa jadi nambah pengalaman aku nih, awalnya denger-denger cerita gitu terlihat menyeramkan heheheh
Alhamdulillah kalau tulisan saya bermanfaat
memang benar, bidan saya juga bilang kalau mau pasang IUD harus dalam keadaan haid soalnya pada saat itu dinding rahim sedang begah jadi gak akan sakit waku dipasang. tapi saya sih masih trauma pasang IUD, udah 2x pasang melorot terus talinya. sakit banget. ya pakai suntik 3 bulan aja dulu
Wow gitu ya
Duh kok aku tetep ngeri ya. Itu bendanya sebesar apa ya? Maaf, saat berhubungan keganggu gak ya? Dan ada rasa perbedaan gak ya?
Kecil lah. Gak ganggu, sama aja sih.
saya juga pasang IUD sejak September kemarin, awalnya maju mundur karena seram, horor dan takut, tetapi ternyata gak seperti yang saya bayangkan, Alhamdulillah gak sakit, malah gak ngeh kalau udah masuk aja tu barang :D
semoga sih cocok, Alhamdulillah so far gak ada keluhan :)
Yeay! Toss!