Wisata Sebelum Pandemik: PUNCAK CIREMAI
Saya memiliki 3 keponakan lucu. Yang pertama si Ganteng, alumnus di Kemaritiman, seorang pelaut. Almarhumah si Cantik yang kuliah di jurusan Aeronotika dan si Kasep di jurusan Tehnik Mesin. Tiga kakak beradik yang "menguasai" laut, udara dan darat.
Terpaut usia 4 tahun, waktu kecil mereka sering berantem parah. Tapi juga kompak. Saking kompaknya anak-anak lagi dalam satu gang bisa dibikin nangis sama mereka.
Setelah mulai beranjak remaja, si Bungsu mulai senang mendaki gunung di seputaran Bandung. Dan menularkan hobi ke kedua kakaknya. Kali ini mereka akan mendaki gunung tertinggi di Jawa Barat, untuk pertama kalinya.
Lho, pertama kali?
Ya! Karena seingatku mereka mungkin sudah empat-lima kali ke sana. Mereka bertiga, atau dengan rombongan masing-masing. Pernah suatu kali Neng Geulis pergi ke sana dengan teman-temannya, eh pas turun ketemu Si Bungsu yang mau manjat dengan rombongannya.
Itu adalah terakhir kalinya Neng Geulis mendaki, tepat sebulan sebelum pergi menghadap-Nya.
Baca juga: Wisata Sebelum Pandemik: KAWAH PUTIH
Keindahan Ciremai bisa dilihat di pagi hari di belakang rumah. Kalau mau ke Kuningan dari arah Cirebon dan cuaca terang, Ciremai selalu menemani.
Pendakian Ciremai ini ada dua jalur, dari Palutungan di Kuningan dan Apuy di Majalengka. Katanya via Palutungan jaraknya lebih pendek namun medannya lebih terjal, sehingga pendakian via Apuy lebih populer.
Untuk menuju ke Apuy, ada beberapa alternatif:
- Dari tol keluar di gerbang Kertajati ambil arah Majalengka
- Dari arah Cirebon atau Bandung, ambil arah Majalengka
- Dari Majalengka menuju terminal Maja
Kendaraan bisa dipakai sampai Pos 1. Bagi yang membawa mobil atau motor, pastikan kendaraan Anda dalam kondisi prima dan Sang Pengemudi terlatih untuk menghadapi jalan yang mulus, menanjang curam dan berkelok-kelok tajam.
Bagi yang tidak membawa kendaraan, dari terminal Maja ada angkutan mobil bak terbuka yang biasa membawa para pendaki hingga Pos 1.
Perjalanan menuju Pos 1 melewati perkampungan penduduk, kebon dan sawah. Maja memang terkenal sebagai wilayah pertanian.
Di Pos 1 pendaki mendaftar per rombongan, saat itu Rp 15.000, cukup terjangkau, bukan? Entah berapa biaya pendaftarannya sekarang.
Buat yang ingin istirahat dulu, ngopi-ngopi sebelum naik, di sini terdapat beberapa warung kopi sederhana.
Ketiga ponakanku menunggu habis maghrib baru manjat. Sampai di puncak sekitar tengah malam. Bisa mendirikan tenda, menunggu Sang Fajar yang hadir mulai jam 1 - jam 2.
Berdiri di puncak Ciremai, serasa berada di atas awan karena memang posisinya lebuh tinggi daripada awan.
Saat mentari sudah sempurna menyapa pagi, mereka pun berkemas sipa-siap turun.
Ciremai adalah salah satu saksi bisu aksi ketiga ponakanku yang hobinya main.
Pandemi sih ini. Pengen bisa liburan tanpa rasa was-was. Semoga segera berlaluu😊
Aamiin
Ya Allah indah banget ya, aku suka hiking tapi belum pernah ke ciremai. semoga suatu saat berjodoh kesana, barengan yuk, eh....hehehe
wah ponakannya sudah besar ya mbak pit. turut berduka cita kepergian almarhumah ya mbak..smg khusnul khotimah
Iya terimakasih
belum pernah ke puncak ceremai baru denger namanya aja, semoga bisa kesana kapan2..
Aamiin..
Salfok aku sama pemandangannya mbak, adem sekali keknya..
Beuh banget itu mah
seru banget ya 3 bersaudara yang hobi jalan-jalan ini. aku belum pernah kesana dan lihat gambarnya aja bikin takjub loh.